Ketika kamu
melangkah, menuju ke suatu tempat yang kau impikan, ada baiknya jika kau
mengetahui apa yang akan kau temui di sana. Namun, bagaimana jika tempat atau
lebih tepatnya apa yang ada di tempat yang kau tuju itu bukan tempat yang dapat
membuatmu bahagia?. Maka, pikiran-pikiran untuk berhenti dan berbelok ke arah
lain memenuhi kepalamu, tapi apakah itu akan membuatmu bahagia, membuatmu lupa
akan tempat impianmu tersebut?. Karena itu, mungkin lebih baik untuk tidak tahu
sama sekali karena kadang ketidaktahuan itu merupakan sebuah berkat dari Tuhan
bagi makhluknya. Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah apa yang harus kita
lakukan apabila sudah terlanjur tahu, apakah kita harus berhenti kemudian
berbalik arah dan pergi ke tempat yang lain, ataukah berpura-pura tidak tahu
dan menghadapi derita dan sakit yang kau jemput
dengan kepolosan hati yang palsu?
Jumat, 08 Juni 2012
Kita Yang Beda
Saya jarang
ngaret, sekalinya ngaret acaranya On Time
Sayang ingat
tidak, dulu waktu kita bersama, kita selalu sejalan dan sependapat, tidak
pernah sekali pun berselisih paham. Meskipun orang lain memiliki pemikiran
yang berbeda,kita tidak pernah terpengaruh itu saja, titik. Masa-masa itu,
meskipun telah lewat masih sering terputar di kepalaku. Saat sekolah kita
selalu datang bersama-sama,tidak seperti mereka yang selalu datang belakangan. Kita bisa
berada di lapangan upacara saat semua orang masih dalam perjalanan menuju
sekolah atau malah masih terkantuk-kantuk di rumahnya, kita bisa menikmati udara yang
belum dicicipi orang lain. Kita juga selalu ada di tempat lomba, saat orang lain pergi
entah kemana,kita selalu mempersiapkan diri lebih awal daripada yang lain. Namun,
mengapa kini kau berubah?. Kita tidak lagi sama. Kau berubah itu yang aku tahu,
teralihkan oleh pemikiran-pemikiran mereka, mungkin. Dirimu yang sekarang tidak
jauh berbeda dari mereka yang kita tertawai dulu, tidak lebih dari waktu-waktu
yang terbuang percuma, sia-sia. Kini saat aku bilang pukul sepuluh pagi, seringkali
kau mengulurnya hingga 120 menit kemudian, bahkan terkadang lebih. Aku tidak
tahu apa yang menyebabkan kau berubah, lingkungankah atau kau sudah merasa
jengah menjadi pihak yang menunggu, hingga dirimu kini menyerupai mereka. Aku
ingin kita kembali seperti dulu, satu waktu. Aku tidak ingin merasa terlalu
asing denganmu, tapi aku juga tidak mau berubah sepertimu.
Puisi, bukan?
Mungkin mereka tak
peduli apa yang aku inginkan
Mungkin mereka tak
ingin mendengar apa yang aku bicarakan
Mungkin mereka tak
ingin tahu apa yang kuketahui
Mungkin juga mereka
tak suka apa yang menurutku indah
Tapi ini aku
Aku juga tak terlalu
ingin diperdulikan oleh mereka
Tidak terlalu ingin mereka dengar
Tidak pula ingin
membagi semua yang aku ketahui
Ataupun memaksa
mereka menyukai apa yang aku katakan indah
Aku hanya ingin
Lebih banyak perduli
terhadap diriku
Lebih banyak
mendengar kata hatiku
Memperbanyak
pengetahuanku
Dan juga menikmati
keindahan yang ada
Karena aku hanya manusia biasa
hanya seorang yang hidup dari karya orang lain
Itu saja Titik.
Langganan:
Postingan (Atom)