"Angin malam ini begitu menenangkan, namun baik Bulan maupun Bintang tak menampakkan dirinya. Mereka, Bulan dan Bintang lagi-lagi tak menepati janjinya untuk menemaniku, menghabiskan malam dengan menghiasi langit yang kelam..."
Kalimat di atas, menurut yang buat sudah manis dan puitis sekali, menurut yang buat tinggal ditambah beberapa kalimat sudah bisa dijadikan postingan yang sweet, dan menurut yang buat lagi kalimat di atas juga bisa dijadikan pembuka surat-surat cinta yang menohok hati (meski sekarang orang lebih suka ungkapkan cinta lewat HP -___-' ). Akan tetapi, karena seorang teman yang jahilnya luar biasa, yang luar biasa menggemaskannya, yang dengan sengaja membaca kalimat di atas dengan lantang dan keras sehingga buat malu saya, maka kalimat di atas tersebut hanya menjadi kalimat pembuka di sebuah postingan yang sama sekali tidak sweet, meskipun yang buat bilang postingan ini masih tetap unyu ^_^V.
Rabu, 30 Mei 2012
Kamis, 03 Mei 2012
jadi artikel belum?
Terinsipirasi
dari perjalanan panjang nan melelahkan dari kampus merah tercinta hingga
sambueja (apa merah gitu), maka lahirlah hampir
artikel ini yang sekali lagi
hadir dalam rangka follow up kelas menulis di kosmik. Alasan mengapa saya
menulis tentang “ornamen tambahan” dari hampir setiap pohon yang berada di
jalan poros Maros-Bantimurung karena saya merasa prihatin terhadap kondisi
kekinian dari lingkungan yang semakin rusak. MERDEKA!!! Hehehe JJJ
^^V. Meskipun sudah lama saya kirim tapi saya merasa tidak adil terhadapnya
apabila dia, sebagai salah satu dari tulisan yang saya buat dengan air mata
berlinang dan semangat 45, tidak saya jadikan sebagai salah satu penghuni blog
ini.
***
Kasihan
kau pohon. Kau yang sudah melindungi bumiku dari terjangan sinar ultra violet yang
dapat membuatku dan orang-orang yang aku sayang terbakar kulitnya. Menyediakan
oksigen untuk aku bernafas dan menjadi tempat aku berteduh dikala siang mengganas,
kini telah berubah. Hanya demi popularitas segelintir orang dirimu terluka.
Kau
yang sekarang telah bersanding dengan baliho dan poster-poster orang yang tak
kau kenal. Yang menampakkan orang aneh dengan gaya yang aneh pula. Mereka yang berfoto
dengan senyum palsu. Berpose dengan gaya yang aduhai anehnya. Ada yang berpose dengan gaya hormat ala
upacara bendera, berjabat tangan seolah berada di sebuah hajatan pernikahan,
menjadi pahlawan holywood bahkan ada yang menggunakan foto anak kecil yang
entah anak siapa.
Mereka menyiksamu, benarkan. Dengan belasan
bahkan puluhan paku yang bersarang di tubuhmu, dengan kawat duri dan plastik
yang menghambat tumbuhmu. Mereka yang yakin
dapat menipu orang lain dengan gambar palsu, mereka yang sesumbar menabur janji
memuakkan, dan mereka yang bodoh karena telah melakukan keduanya. Di negara
kita bukan hanya segelintir orang yang mengetahui akal bulus mereka. Tidak
sedikit pula yang mencela perilaku mereka. Namun ternyata mereka tak sebodoh
yang aku pikirkan. Mereka cerdas. Mereka tahu bahwa tak sedikit pula yang
memuja mereka dengan gambar atau uang mereka itu. Benar pohon, tak hanya
menyakitimu dengan poster senyum palsu. Mereka juga melukai harga diri serta
hak rakyat miskin kita. Mereka membeli suara mereka. Mengiming-imingi dengan
janji palsu serta harapan kosong yang indah. Masih dengan balutan senyum palsu
itu tentunya. Bagi rakyat yang tidak tahu mereka pasti akan merasa senang dan
bahagia dengan kedatangan dewa yang memberikan rezeki yang tak mereka sangka.
Bagi mereka yang tahu, apa boleh buat. Mereka tak punya pilihan lain. Karena mereka
memang tak pernah diberi kesempatan memilih. Mereka harus rela haknya memilih
pemimpin tergadai oleh beberapa liter beras dan minyak, sebungkus gula, uang
puluhan ribu atau sarung, untuk menyambung hidup beberapa hari kedepan. Dengan
kondisi ekonomi yang makin menghimpit hidup mereka, apapun akan mereka lakukan.
Mungkin bagi mereka satu suara mereka tidaklah lebih penting dari pada sembako
yang makin sulit mereka raih. Ataukah mereka telah hilang percaya terhadap
calon pemimpinnya kelak. Toh siapa juga yang akan menjamin hidup mereka akan
lebih indah berbunga-bunga jika pemimpin baru terpilih.
Pohon, bagaimana keadaanmu sekarang. Pemilahan umum
sebentar lagi akan tiba. Sudah siapkah tubuhmu disiksa lagi. Dipaku dan diberi
plastik bergambar senyum memuakkan lagi. Apakah mereka sadar, yang mereka lakukan
itu hanya politik yang terkesan
buang-buang uang. Ironikan, mengingat mereka melakukan itu ditengah banyak
penduduk indonesia yang masih menderita
kelaparan. Apakah mereka telah mati rasa. Mati rasa kemanusiaannya. Mati rasa
seluruh indranya sehingga mereka tidak lagi peka terhadap masalah negara yang tak kunjung mendapat jalan keluar
itu.
Apapun
itu aku masih mengkhawatirkanmu pohon. Kini jejakmu makin sulit terdeteksi.
perlahan-lahan kau menyembunyikan diri dariku. Menghilang karena marah pada
manusia mungkin. Namun tunggu, suatu hari mereka pasti akan mencari dirimu
karena menyadari pentingnya sosokmu. Tunggu sampai mereka tak lagi berani
memaku tubuhmu. Bahkan menyentuhmu pun mereka segan. Kau hanya harus menunggu.
Rabu, 02 Mei 2012
namanya s.i.a.l
Kesialan itu saat kamu kelaparan ketika
gerimis menyelimuti langit pagi, saat susah payah datang pagi eh dosennya
absen, saat kamu ditabrak sama teman kamu sendiri di parkiran kampus, saat kamu
lagi asik jadi model ditaman mana gitu hujan datang lagi, saat kamu lari dari
hujan malah jatuh dari motor, saat kamu sampai di rumah, ada bangkai burung
yang secara ajaib tergeletak tak berdaya di depan pintu kamu, dan yang terburuk
saat tersebut terjadi berurutan dalam sehari. Bagi yang merasakannya mari kita
sama-sama mendoakannya agar dia, dengan segala kesialannya hari itu bisa
mendapat kebahagiaan yang besar sebagai balasan dari kejadian buruk yang
menimpanya.
Langganan:
Postingan (Atom)